Dream then Believe

Semenjak saya duduk di Sekolah Menengah Pertama (SMP), saya sangat suka dengan hal - hal yang berbau luar negeri. Don't get me wrong, saya hanya menyukai hal - hal yang positif tentang mereka. Seperti etos kerja mereka yang tinggi, kedisiplinan, bagaiman cara berfikir mereka dan yang paling salut adalah bagaimana menghadapi dan merespon pendapat yang berbeda dengan mereka.
Kita sama -  sama tahu bahwa masalah terutama Indonesia adalah pendidikan, kesehatan dan infrastruktur. Tentu masih banyak lagi tetapi kali ini saya akan membahas tentang pendidikan yang mana ini akan sangat berhubungan dengan mimpi - mimpi saya.
Pendidikan yang layak merupakan hak dari semua warga negara, dan negara memang menjamin itu didalam UU. Tetapi, pada kenyataannya banyak sekali saudara - saudara kita yang masih sangat kesulitan mengakses dunia pendidikan, terlebih mereka yang tinggal di daerah pendalaman, jauh dari kota dan minim infrastruktur.
Saya adalah salah satu anak yang bisa dikatakan beruntung. Kenapa? Karena saya lahir di daerah yang infrastrukturnya sudah tergolong memadai dan dekat dengan akses pendidikan meskipun saya dan teman - teman seusia saya dulu harus berjalan kaki sejauh 3 km untuk mencapai SDN terdekat. 
Menurut orang tua saya, saya adalah anak yang nakal (ketika saya masih kecil tentunya, he he he), suka mengotak - atik barang -  barang elektronik (jangan tanyakan saya bisa memperbaikinya kembali seperti semula, karena Anda sudah tahu jawabannya), selalu penasaran dan selalu ingin tahu. 
Dan menurut saya, orang tua saya sangat benar tentang semua itu, kecuali bagian yang nakal dan otak -atik. Karena saat usia saya yang sekarang ini pun, saya masih sangat suka dengan namanya ilmu pengetahuan dan hal - hal baru.
Kondisi Jalan utama di kampung halaman saya saat ini
Rasa penasaran saya untuk mencicipi bangku pendidikan di luar negeri semakin membuncah. Tetapi semua itu tidak berjalan dengan mulus karena walaupun  saya sudah wisuda dari Diploma 3 saya dan sudah mendapatkan penghasilan yang sangat lumayan bagi seorang lajang ternyata saya tipe orang yang sangat sayang sama orang tua dan adik - adik saya (ha ha ha). Zaman sekarang kan anak durhaka sudah semakin gampang ditemukan walaupun dia orang Batak asli sudah sering kita dengar anak - anak orang Batak yang tega terhadap keluarganya sendiri. Oke, lupakan itu karena saya yakin kita anak Tuhan yang baik.

Jadi, saya sejak duduk di bangku perkuliahan, saya sudah bekerja. Bahkan sebelum saya mahasiswa pun, saya sudah bekerja. Sebagai apa? Sebagai Cleaning Service dan Office Boy Saudara!!!!. Saya tidak malu, karena itu adalah pekerjaan yang mulia dan yang paling penting itu tidak salah di mata Tuhan. Sebenarnya ada banyak pekerjaan waktu itu yang mungkin bisa saya lakukan. Tetapi saya tidak melepaskan itu, karena dengan bekerja sebagai CS, saya bisa shift tetap tanpa takut kuliah saya terbengkalai. Itu main factornya.
Terkadang jika kebutuhan saya lebih tinggi dari pendapatan saya, maka saya akan meminjam ke Adik perempuan saya atau menelpon Orang Tua saya. Karena biasanya saya tidak butuh banyak -banyak, jadi tidak akan terlalu membebani Orang Tua saya.
Saya sangat mengerti keadaan Orang Tua saya. Orang Tua saya menargetkan minimal kami berlima tamat SMA/SMK. Karena mereka tidak tamat SD. Saya tidak mau jika saya adalah satu - satunya anak mereka yang tamat SMA. Oleh karena itu, uang kuliah saya, saya bayar sendiri sehingga tidak membebani orang tua saya dengan kuliah saya. Dengan begitu, Orang Tua saya bisa fokus mengurusi uang sekolah adik - adik saya.
Setelah saya wisuda dan tidak sampai 1 bulan, sebuah perusahaan raksasa dari Belanda merekrut saya sebagai karyawan mereka, meskipun hanya kontrak 2 tahun. Saya pun mulai mendapatkan penghasilan yang lumayan tinggi dan kemudian saya menyekolahkan adik ke 2 untuk masuk ke Perguruan Tinggi. Dan Puji Tuhan, bulan Oktober 2015 kemarin dia sudah lulus dengan IPK yang sangat memuaskan. Sekarang saya sedang membiayai adik ke 4. Dia kuliah di PTS yang cukup mahal menurut saya terlebih dia mengambil fakultas pertambangan. 
Berselang dua bulan setelah Adik ke 2 saya wisuda, tepatnya dibulan Januari 2016. Puji Tuhan, dia diterima bekerja di salah satu instansi aparatur negara, meskipun masih berstatus pegawai biasa. 
Saya tidak punya tabungan yang banyak karena saya harus membagi - baginya dengan Adik - Adik saya. Jadi impian untuk mengenyam pendidikan di luar negeri pun lagi - lagi tertunda. Sebenarnya beasiswa merupakan jalan yang paling tepat. Tapi karena pada waktu itu tanggungan saya masih ada (Adik saya yang ke 2 masih kuliah, yang ke 1 memutuskan hanya sampai SMA) saya menunda untuk melamar beasiswa sampai dia wisuda.
Lalu bagaimana dengan Adik ke 3 saya? Tuhan sangat baik, asalkan kita meminta dengan tulus, Dia pasti memberi jalan. Dan Yes!!!!! Adik ke 2 saya, yang baru kerja tersebut, akan menanggung biaya kuliahnya. THANK GOD, saya mendapatkan 2 orang tua yang hebat dan luar biasa beserta 4 Adik yang amat sangat keren. AMAZING GRACE!!!

DAN PERBURUAN BEASISWA PUN DIMULAI!!!!

 

Comments

Popular Posts